Tingkatan Hasil Produksi, Babinsa Koramil 03/Jeunib Bantu Petani Garam
Bireuen, LintasKini – Serda Gusli Babinsa Koramil 03/Jeunib Kodim 0111/Bireuen melaksanakan kegiatan membantu ibu-ibu petani tambak garam teradisional di desa matang Bangka Kec. Jeunieb Kab.Bireuen, Rabu (11/10/2023).
Garam merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan sehari-hari, di Desa Matang Bangka sebagian warga masyarakat wilayah pesisir pantai berprofesi sebagai petani garam.
Kebutuhan garam sangat dibutuhkan oleh kalangan masyarakat pada umumnya, selain diproduksi oleh perusahaan garam industri, sebagian besar dilakukan secara tradisional, seperti di wilayah Kabupaten Bireuen.
Dalam pendampingannya Serda Gusli memberikan motivasi para petani supaya terus melanjutkan pembuatan garam secara tradisional mengingat akhir-akhir ini terjadi kelangkaan garam yang memprihatinkan, sehingga masyarakat harus bekerja keras untuk menutupi kelangkaan tersebut.
“Kita akan terus memberi semangat dan perhatian kepada masyarakat petani garam untuk meningkatkan produksi garamnya, walaupun terdapat kekurangan dukungan sarana dan prasarana dalam pembuatan garam, namun hal itu tidak akan dijadikan alasan,”Ungkap nya.
Serda Gusli menceritakan, para petani garam di daerah tersebut merupakan warga yang tinggal di sepanjang garis pantai atau pesisir dan pekerjanya kebanyakan ibu rumah tangga.
“Ibu rumah tangga memilih untuk memproduksi garam secara tradisional, karena mereka melihat ada yang bisa dimanfaatkan untuk tambahan ekonomi,” ujarnya.
Serda Gusli mengungkapkan bahwa kegiatan komsos ini merupakan wujud pembinaan teritorial sehingga dapat tercipta kedekatan antara Babinsa dengan masyarakat di wilayah desa binaannya.
Dikatakannya bahwa tugas seorang Babinsa tidak hanya di bidang pertahanan dan keamanan akan tetapi kedekatan seorang Babinsa dengan masyarakat merupakan tugas yang harus di jalankan karena dengan kedekatan babinsa dengan masyarakat maka akan terjalin suasana yang baik.
Salah satu petani garam membenarkan, saat ini terjadi kesulitan dan kelangkaan garam.
“Sekarang garam tradisional ini mulai langka, harga juga naik, tapi kami hanya masak sedikit sedikit saja untuk kebutuhan sehari-hari saja” Tuturnya.
Ia juga menjelaskan, proses pemasakan garam dilakukan selama 2 (dua) hari dengan dibakar menggunakan tungku api. Proses ini dilakukan secara tradisional dan hasilnya hanya untuk dipasarkan
“Waktunya lumayan lama, nanti kalau sudah jadi hasilnya dibeli oleh pengusaha dan sebagian kita jual di desa saja,” Tutupnya. (Rolly)