Gerakan Pagar Bambu Putih Digaungkan Kembali Saat Pelantikan Pengurus MPU Kabupaten Pidie
Sigli – Penjabat Bupati Pidie Ir. Wahyudi Adisiswanto M.Si., kembali menegaskan bahwa Kabupaten Pidie memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan kabupaten/ kota lain yang ada di Aceh.
Banyak kabupaten/ kota di Indonesia yang pernah di kunjungi oleh mantan Kabinda NTB ini, Pidie memiliki karakteristik yang kuat yang berbeda dengan kabupaten/ kota lain.
Wahyudi menuturkan bahwa sebelumnya banyak informasi yang didapatkan baik lisan maupun tulisan. Bahwa diluar sana orang memiliki opini negatif terhadap Pidie, bahkan masyarakat Pidie di luar Aceh pun demikian.
Hal tersebut diungkapkan saat prosesi pengukuhan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) periode 2023-2028 di Opromm Kantor Bupati Pidie, Senin (29/5/2023).
Dalam perjalanan waktu Wahyudi menilai bahwa Kabupaten Pidie adalah kabupaten paling enak dan gampang.
Tolak ukurnya adalah saat pengukuran dan pemasangan patok tanah Wakaf Tgk Chik di Anjong tidak ada penolakan dari masyarakat setempat, walaupun sebelumnya mendapatkan informasi ada penolakan dari beberapa pihak.
“Inilah adalah fakta yang perlu saya sampaikan pada Forum yang mulia ini bahwa Kabupaten Pidie tidak seperti yang mereka bicarakan diluar” ucapnya.
Ditambahnya lagi dengan pidato singkatnya saat itu, yang menyinggung Agama dan kepentingan ummat, sehingga masyarakat merasa nyaman dan tenang. Ini adalah kekuatan besar yang tidak pernah diperhitungkan oleh kalangan pusat.
Dari kejadian tersebut Wahyudi menyimpulkan bahwa Agama menjadi satu landasan pondasi kuat masyarakat Pidie, sehingga stigma negatif tentang Pidie terbantahkan dengan sendirinya.
Selama sepuluh (10) bulan di tugaskan sebagai Pj. Bupati Pidie, Wahyudi menuturkan akan mewujudkan Tri komitmen dalam membangun Pidie. Komitmen pertama silaturahmi, kedua Komitmen kepada Agama dan ketiga komitmen keistiqomahan di bawah bimbingan Alim Ulama.
Tri komitmen ini mendapatkan sambutan Positif dari seluruh Masyarakat Pidie, bahkan Propinsi.
Oleh karena itu konsep dasar membangun Pidie ini harus dilandasi oleh Tri Komitmen tadi.
“Mudah-mudahan niat baik kita kita kembangkan di bawah naungan Alim Ulama” sambungnya.
Dalam konsep kerjanya, Pj. Bupati Pidie Wahyudi sudah mencanangkan Gerakan Pagar Bambu Putih. Gerakan Pagar Bambu Putih ini belum selesai karena dicanangkan tanpa ada time line (batas waktu).
Untuk diketahui bahwa gerakan Pagar Bambu Putih ini merupakan wujud dari Tri Komitmen membangun Pidie.
Wahyudi membagi tiga konsep kerja yang di implementasikan dalam Gerakan Pagar Bambu Putih. Pertama persoalan ideologi politik, kedua persoalan sosial budaya dan ketiga persoalan ekonomi.
Persoalan Ideologi politik Wahyudi telah menjabarkan dengan memperkuat silaturahmi dan kembali ke Agama, hal terpenting adalah disaat mengambil kebijakan untuk membangun Pidie wajib meminta pandangan ulama.
Sosial budaya direalisasikan lewat program “Meugang Akbar” sebagaimana pernah dicanangkan oleh Indatu orang Aceh pada masa Kesultanan Iskandar Muda. Membangun kebersamaan membantu masyarakat miskin.
“Ekonomi diimplementasikan dalam program Pasar Kontrol di Alun-alun kota Sigli saat Ramadhan dan menjelang hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah. Kegiatan ini diwujudkan untuk pengendalian Inflasi, agar harga barang terjangkau pada saat peringatan hari besar Islam”, paparnya.
Dengan segala kerendahan hati, Wahyudi Adisiswanto mengharapkan bimbingan, dukungan Alim Ulama dan masyarakat untuk membangun Pidie dengan kebersamaan. Karena peran Alim ulama sangat penting dalam implementasi Tri komitmen tadi, tutupnya. (Hasballah B)